Kamu selalu tahu bahwa aku
membenci hujan yang selalu
datang kapanpun waktunya. Oh mungkin aku lupa bilang tentang itu. Karena waktu yang menembus bilik-bilik ingatan membuatku lupa apa
saja yang telah kulepas dari mulutku
ini. Mungkin kata atau umpatan. Aku
lupa, mungkin karena sangat ingin lupa,
peri-peri yang menjaga sungai
kenangan mengabulkan inginku melupakan tentangmu. Tetapi
di hari dingin ini entah kenapa ingatan
tentangmu datang lagi.
Kenapa selalu tentang
ingatan? Entahlah
Aku mau berkisah tentang
ingatan, yang kusimpan rapi dalam
Sebuah buku tebal. Kisah tentang ingatan yang segar.
Dalam kisah itu sebagian besar tentang
kamu, tentang kita dan sedikit tentang hal-hal yang kita sukai. Ingatan itu masih kusimpan rapi dalam laci, di meja tempatku menghabiskan malamku, bukan
karena aku sentimentil. Tapi aku tak
tahu cara menghancurkannya. Aku mau
ingatan itu hilang. Sebenarnya mudah saja tinggal aku bakar buku itu atau aku buang jauh atau bagaimanapun caranya. Itu terlihat gampang. Tapi kenyataannya. Aku terdiam tolol dan kembali menyimpan ingatan itu.
Ingatan itu menyakitkan,
karena ia bercerita tentang kamu.
Tentang senyum yang lepas, tentang
rindu yang tebal, dan tentang lubang
besar yang hilang. Dimana semantik-
semantik cinta yang mulai bertunas?
(Apa hakku mengatakan itu cinta dan
bukan nafsu?) Itu sudah dikubur,
semenjak kau dan aku saling menyakiti.
Saat aku berdusta tentang banyak
wanita dan kau berkata tentang
seorang pria. Aku menolak menangis
tapi air dalam kantung mataku deras
turun. Kau tidak tahu, karena aku tak
mau kau tahu. Itu menyakitkan.
Kamupun memilih pergi tanpa meninggalkan senyum yang lepas dan hanya guratan kekecewaan.
Waktu tidak pernah bisa diputar kembali. Jika kamu memilih pergi, maka pergilah dan jangan kembali.
Untuk berdamai dengan kenyataan dan mengalah dengan penyangkalan, sungguh aku perlu waktu.
Tapi setidaknya aku telah berani
membiarkanmu pergi, merelakan agar
hati tak dibuat berkeping lagi. Tentang
hal yang hak patennya sudah tak bisa
diubah, aku hanya bisa menerima bahwa
kamu sudah tak lagi cinta. Mungkin
dengan perpisahan ini, ada pertemuan
lain yang sedang disiapkan. Tidak apa-
apa, karena segalanya sudah
dikendalikan oleh yang lebih Ahli.
Dan mungkin nanti, aku akan benar-benar lupa tentang ingatan itu, tentang harapan
kosongku yang meninggikanmu, dan
aku mungkin akan lupa bahwa namamu
pernah tertulis di sana, hatiku.
Seperti caramu melupakanku.
Membuangku. Melepasku. Kamu hanya
perlu menunggu waktu untuk terbiasa.
Hingga jarak serta jeda membuatmu
terbiasa. Terbiasa tidak melihat
namaku di alam bawah sadarmu. Kelak
kita akan lupa. Bahwa kisah ini pernah
ada. Bahwa aku dan kamu pernah ada.
Dan kita akan terbiasa, terbiasa untuk
tidak mengingatnya.
Dan jika nanti, kita dipertemukan lagi
oleh kebetulan, lembaran cerita yang
kadang tak pernah kita harapkan
terjadi, namun takdir mengizinkannya
tanpa peduli hati dan harapan
masing-masing. Ketika itu, mungkin
waktu akan berhenti. Kamu akan
berhenti,dan aku berhenti. Mungkin
aku akan membeku-seperti waktu dulu dan kamu menjadi batu. Mungkin
mataku, matamu, saling menghindari
pandangan. Saling menghindari
tubrukan rasa.
Kita-aku saja dan kamu saja-mungkin
saling membongkar kisah yang lama.
Membuka lembaran-lembaran usang
dalam ingatan. Tanpa kata, dan
tertunduk diam.
Lalu, waktu yang membeku kembali
meleleh. Memaksa aku dan kamu
kembali bergerak, terpaksa bertemu,
dan terpaksa tidak saling mengenal.
Tidak pernah bertemu, tidak pernah
tertawa bersama. Tidak pernah saling
merindukan. Dan kita saling melewati.
Mungkin, aku, kamu, kita akan kembali
merasa sesak. Sama seperti sesak
ketika harus saling membuang,
menghapus, dan saling melupakan.“
Dan kenyataannya, kamu adalah aku
dalam ceritaku. Tak habis dukaku, aku
harus pergi dan tak harus datang lagi.
Ini menjadi kenanganku tentangmu.
Aku akan menyimpannya, seperti
perhiasan yang akan menghiasi hari-
hariku nanti...The End
SEDIKIT TENTANG INGATAN.
Faktanya masih banyak ingatan dan memori yang terekam telah tersimpan di kepala.Lalu dengan tiba-tiba kita mengingatnya.
Tentang Orang yang kita temui, tempat yang kita kunjungi, pengalaman yang kita jalani, emosi yang kita lakoni, dan semua hal yang mungkin tidak ingin kita ingat lagi.
Semuanya melekat di sana, selamanya.
Seandainya kita bisa menghapus memori, mungkin tidak perlu ada dendam dan kesumat. Seandainya kita bisa menghapus memori, mungkin kita bisa memilih untuk menjauh dari masa lalu yang tak ingin kita ingat. Seandainya kita bisa menghapus memori, mungkin saya tidak akan pernah menulis ini.
Tapi saya kembali menyadari bahwa
ingatan adalah bagian dari perjalanan.
Perjalanan yang terdiri dari tiga masa;
masa lalu yang ada untuk menjadi
pembelajaran, hari ini yang ada untuk
dijalani, dan masa depan yang ada untuk diperjuangkan.