Kamis, 19 Maret 2015

TULISAN YANG MEWAKILI DIAMKU

Sajak tentangmu nan indah selalu aku baca.
Walaupun aku sebagai penulisnya aku masih mencoba memahami isinya.
Seperti kamu, kau tak bisa kupahami dengan cepat meski kau tumbuh dihati dengan rasa cinta dan sayangku.
Biarkan aku akan selalu menulis tentangmu, dari setiap kedip mata hingga langkah yang kau lalui.
Hingga nantinya aku bisa dengan benar memahami kamu.

Bukan hal yang sulit untuk menulis dan bercerita tentangmu.
Karena bagiku kamu adalah yang terhebat, akar dari semangatku.
Ada jutaan detik yang kita lewati dalam keadaan apapun. Dari berbagi, bermimpi dan berlari. Rasanya aku memang pantas dan benar mencintaimu.

Namun dalam segala lebih yang
dimilikinya, manusia diseimbangkan
dengan kurang.
Maka dalam kesempatan ini, aku ingin meminta maaf untuk segala diam yang melahirkan kelu di tulangmu. Jika suatu hari aku bisa lebih berani memperlihatkan diri.
Aku akan bicara. Takkan diam. Karena diam sudah menjadi jarak yang aku ciptakan sendiri, dan memisahkan kata-kata yang semestinya bisa melengkapi kalimat.
Siapa tahu, saat itu, kita bisa jadi
paragraf.

Dan sekarang kita dipisahkan oleh jarak.
Entah berapa juta detik lalu, mata kita pernah beradu, lalu aku rekam setiap gambarmu dalam retinaku. Jarak memang pendesak.
Hingga aku alami irama sesak, itu
pertanda bahwa rindu sudah beranak
pinak. Dan kali ini aku mempersilahkan
aksaraku untuk berbisik pelan lewat
matamu.

"Aku rindu, kamu"

Selain jarak, bukankah kepastian juga
tak pernah berpihak? Aku hanya
menunggu hadiah dari Tuhan, kalau-
kalau bisa sesekali dipertemukan. Aku
hanya menunggu hari dari Tuhan, kalau- kalau hadirmu bisa kutemukan. Aku hanya menunggu sebuah keajaiban, bahwa Tuhan setuju bahwa kita dipersatukan. Apa itu doa yang terlalu tinggi? Apa aku sudah melayang jauh berpuluh senti dari tanah tempatku berdiri? Aku rasa tidak.

Dalam diamku, aku akan terus berdoa meminta kamu pada Tuhan, dan Tuhan membawamu membaca tulisan ini.
Agar kelak aku tak perlu susah-susah mengungkapkan. Tentang maksud yang terpendam.
Semoga ini bisa menghapus segala diam yang membelenggu hati dan pikiranku. Karena ada masanya bahwa diam itu, adalah jarak terjauh pada alam semesta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar