Selasa, 26 Januari 2016

Kisahku, Cintamu dan Cintanya

Saat aku jatuh cinta, setiap detiknya aku ingin menulis. Merangkai kata indah atas nama cinta dan kerinduan kemudian menjelma menjadi sebuah cerita yang sungguh tak ingin kusudahi. Aku hanya ingin kau menjadi jawaban atas segala rindu yang telah merambat disetiap dinding hati ini dan menjadikannya simponi dengan kau berada disampingku sedetik saja.

Kau tak perlu mengkhawatirkanku saat kau bersama kekasihmu. Iya, aku baik-baik saja. Kau cukup datang padaku saat kau pulang, lalu ajak aku tertawa bersamamu. Kau tak perlu mempedulikan apa inginku terhadapmu, jaga saja hatimu untuknya, aku bahagia hanya karna kau bahagia. Kau tak perlu pikirkan apa makna dari tulisanku ini. Pelihara saja cinta kalian, aku senang mendengar kau dan dia bersatu.
Kau tak perlu bimbang memikirkan antara aku dan dia. Kau cukup pikirkan dia saja. Aku tak berhak berada dipikiranmu. Aku tak berhak bersanding dengannya dipikiranmu. Aku tak layak kau pikirkan. Tapi, ah atau setidaknya setelah kau memikirkannya, pikirkanlah aku walau sepersekian detik saja.

Aku benci caramu setiap kali kau pergi. Tapi aku menyukai caramu setiap kali kau datang. Kau seringkali membuatku tersenyum hanya dengan kau mengetuk pintu dan memanggil namaku. Aku tak peduli darimana kau sebelum kau datang, yang ku pedulikan hanya ‘kau datang dan membuatku tersenyum’.. Itu lebih dari sekedar membahagiakanku..
Setiap kali kau jauh, setiap detiknya aku mencium bau tubuhmu yang menjalar disetiap celah dinding kamarku dan menusuk-nusuk hidungku kemudian merambat ke otakku yang seolah mengisyaratkanku untuk menelponmu. Ini gila. Tapi entah harus bagaimana ku katakan, aku merindukanmu.

Aku tau aku tak pantas merindukanmu. Aku tak layak mengharap kau menyempatkan waktu untukku. Aku tau aku bersalah membuat kau membagi waktumu untukku dan untuk dia. Kau tak perlu bingung membagi waktu itu. Habiskan saja waktumu selama yang kau mau bersamanya. Dan setelah kau bosan, kau boleh sekedar datang dan nmencubit pipiku asal itu bisa mengembalikan mood-mu. Aku rela kau jadikan boneka yang bisa membuatmu tertawa asal kau berada disisiku. Tak usah pedulikan perasaanku, aku senang bisa membuat kau tertawa. Aku sungguh tak bermaksud memasuki celah kecil diantara kalian. Aku hanya ingin menjadi penghibur saat kau merasa dunia ini membosankan. Itu saja..

Kau tak perlu menjelaskan apa yang sedang kau rasakan. Dengan melihat raut wajahmu saja aku sudah tau jawabannya. Aku tau kau peduli. Tapi kau tak perlu membagi cintamu untukku. Ya, tak perlu. Kau cukup tumpahkan seluruh cintamu untuknya. Tak perlu kau sisakan setetes pun untukku. Ya, tak perlu. Bukan karna aku tak menginginkannya, hanya saja aku tak sanggup merasakan sakitnya kekasihmu jika ia tau cerita yang hampir kita jalin ini. Kau tak perlu menyebut dirimu penghianat atau pembohong. Karna kenyataannya kau bukan. Kau hanya sedang bosan dengan duniamu dan membutuhkan orang sepertiku yang sekedar untuk membuatmu tertawa. Itu saja. Kau tak perlu mengumbar perasaanmu dengan lelaki sepertiku. Karna pada kenyataannya kau tak memilikinya.

Jaga saja cintamu dan dia, kau tak usah pedulikan perasaanku. Habiskan saja waktumu dengannya, tapi sisakan sedetik untuk sekedar mengecup keningku atau mencubit pipiku.

Sabtu, 23 Januari 2016

Yang ditakdirkan datang lalu pergi

Semua ini permainan takdir, Karena ketika akhirnya cinta datang, Aku bergegas hanya tuk temukan, Bahwa kau tlah pergi

Mau bersikap sebiasa apapun hati tak mampu mengingkarinya, dia tetap akan mengatakan bahwa hanya senyumnya.

Tapi mungkin aku akan berjalan mundur setelah cinta yang tak ku inginkan malah tumbuh tanpa sepengetahuanmu namun akhirnya kau tahu. Bukan kau yang salah atau cinta yang salah. Tidak
Tapi aku dan hatiku lah yang salah. Jangan suruh aku untuk menjelaskan kenapa. Cukup aku yang tau

Menjadi bagian dalam hidupmu saja, aku sudah bersyukur.
Melihat senyummu saja, aku sudah bahagia. Dan menjadi
teman setiamu saja, sudah cukup, sebagai caraku untuk
mewujudkan rasa cintaku padamu.
Senja pergi. Ia setia menjadi pengantar hari menemui malam. Seperti aku, yang akan berusaha selalu ada untukmu dalam keadaan apapun.”

Kehilangan padahal belum pernah
memiliki itu menyakitkan. Di mana harap
telah membumbung tinggi, sudah saling
dekat dan saling menggenggam erat. Lalu
entah bagaimana ceritanya dia pergi dan kau
tak punya hak untuk memintanya bertahan.
Kau dibuat merasa punya, padahal bukan
siapa-siapa. Ya, memang begitulah kenyataannya. Aku kamu tak akan menjadi kita cukup aku saja atau kamu saja.
Tapi untuk luka ini biar aku yang menikmatinya. Kamu jangan.

Melepaskan adalah cara terbaik
untuk kembali menemukan. Jika kamu belum benar-benar menemukan, berarti kamu masih ada di sebuah rel panjang.
Hanya waktu yang bisa menentukan kapan kamu akan pulang.
Ke sebuah rumah dan lalu menetap
disana.

Aku tidak pernah menyesal
atas peristiwa-peristiwa yang membuatku terluka, karena disitulah aku belajar untuk mendewasa dan menerima.
Aku tidak pernah merasa segalanya akan sia-sia, karena Tuhan selalu punya rencana.

Sakit hati jangan tanya lagi. Udah tak terhitung
berapa banyak sakit hati dari semenjak pertama mencoba yang namanya cinta. Dari dibego- begoin, ngebego-begoin, dikhianati, menghkhianati.
Rasa-rasanya udah khatam dengan itu semua.
Mungkin, caraku menulis luka adalah cara lain dalam menangis tanpa air mata. Mencoba menjelaskan luka dalam kata, adalah cara orang-orang tertentu untuk melihat lukanya sendiri dari sudut yang berbeda.

Pesanku.....
Selalu tempatkan cinta di hatimu, di ruang paling utama, tempat dimana kamu bisa menyambut calon penghunimu untuk menetap. Kamu bebas untuk merasakan cinta, menyebarkannya, membagikannya dan memilikinya.

Jaga hatimu baik-baik, agar bisa suatu hari memberikan kepadanya yang terbaik.

Yogyakarta, 25 Januari 2016

Ditemani gerimis dan sebatang rokok ditangan.

Matamu Kelemahanku

Tidak banyak orang yang pandai berpura-pura atas perasaannya sendiri. Tidak banyak.
Kamu tau, rindu belum pernah se-menyiksa ini sebelum kamu ada,
Jika suatu waktu air di lautan mengering,
Dahaga pun belum akan sesakit ini,
Rindu tidak untuk ku besar-besarkan,
Rindu hanya tumbuh tanpa dipaksa,
Jika tidak kepada kamu aku serahkan,
Sepertinya aku kelimpungan.

Di bagian lain,
Matamu itu lah kelemahanku,
Kamu tidak harus bertanggung jawab atas perasaanku,
Bahwa saja itu ada tanpa di-ada-ada,
Bahwa rasa itu sebab keindahanmu
Jadi kamu cukup dengar satu hal,
Untuk nanti, kamu akan ku buat jatuh hati juga,
Sebab kita pantas di masa depan.

Kalau tidak, adalah sebuah anugrah bagiku mengenalku, dan bisa menikmati keindahan matamu.
Aku tidak akan memaksakan rasamu, tidak juga menyuruhmu mencintaiku. Tidak.
Aku hanya ingin kau tau. Matamu indah dan itu kelemahanku.

Jumat, 22 Januari 2016

Kisah Baru

Maaf ya aku udah lancang menulis tentangmu, tapi inilah hasil dari lamunan yang sering kau tanyakan

Untuk yang nantinya membaca tulisan ini, aku hanya ingin
kamu tahu.
Akhir-akhir ini ada yang memiliki kebiasaan baru. Aku.
Memikirkanmu. Kepala menerka-nerka apa yang sedang
disajikan realita. Namun, aku tak mengerti. Aku tak bisa
mengerti lelucon ini, atau memang selera humorku yang
tidak terlalu tinggi. Mengapa kamu? Sejak kapan?
Benarkah?

Pertemuan - Perpisahan - Pertemuan, bukankah hanya
seperti itu alurnya?

Tiba-tiba saja, aku terbiasa dengan adamu. Ketika
hampa memenjarakanku, setepat itu kamu tiba.
Bukankah dulu kita tak pernah bersentuhan dengan
perasaan? Benarkah kita sudah memasuki arena ini?
Rasa yang saling berpapasan, lalu nyaman dan memilih
tinggal. Sebuah kosong yang dinyamankan oleh sebuah
kehadiran. Namun satu sama lain tidak pernah
menyadari bahwa ini bukanlah sebuah kebetulan. Atau
memang hanya aku yang terjebak dalam jerat rasa yang
kuperankan sendirian?

Semua tentangmu jadi sentimentil. Aku tak mengerti
mengapa aku jadi takut akan sebuah ketiadaan,
kepergian dan kehilangan. Mengapa aku ingin telingamu
mendengar sesuatu yang berisikan perasaan malu-malu
yang kini menjadi pencipta rona pipiku. Tapi aku begitu
takut kalau-kalau kamu tak miliki perasaan yang sama.
Kalau-kalau harapanku saja yang terlalu tinggi.
Sementara rasa semakin menebal, semakin pikiranku
berlomba untuk menyangkal, takut-takut kalau kaulah
yang nantinya tinggal dengan kekal. Ternyata
mengingkari tak semudah ini. Aku terlalu takut jika
suatu hari ada pengakuan yang nantinya akan membuat
kita menjadi berjauhan. Kalau-kalau kita hanya akan jadi
bahan tertawaan semesta, aku yang terlalu mudah jatuh
hati dan kamu yang belum mampu mencintai.

Seperti yang sudah-sudah, resiko bertemu adalah
berpisah. Entah kapan, entah lusa, entah beberapa pekan
lagi. Entah bagaimana untuk membuat segalanya baik-
baik saja. Karena melangkah, takut membuat segalanya
berubah dan mundur pun takut seperti mengabaikan
kesempatan yang sudah ditawari. Tapi segala rasa takut
hanya mimpi buruk yang bisa kau atasi dengan
mempercayai segalanya saat kamu terbangun nanti.
Semoga segalanya di waktu yang tepat, tanpa perlu ada
yang berubah menjadi asing. Semoga segalanya tiba di
waktu yang tepat, tanpa ada yang menyesali karena
sudah terlambat. Semoga pertemuan kita waktu itu,
bukan berujung pisah. Semoga tidak ada yang
mengingkari atau saling menyakiti.
Aku-kamu, satu.
Saling menemukan, saling menjaga, saling tak ingin
berpisah. Itu harapan yang aku tinggikan.

Selamat membaca, selamat merasa